Apa yang terlintas di pikiran anda jika melihat lingkungan sekitar kita tidak sehat ? terutama lingkungan tempat tinggal kita. Apakah anda peduli dengan lingkungan sekitar anda ? jawaban itu semua tergantung dari kesadaran diri anda masing-masing mengenai lingkungan sekitar.
Tidak jarang kita jumpai tumpukkan sampah di mana-mana seperti, di tempat umum dan jalan-jalan. Seharusnya hal ini ditanggapi dengan serius dan harus ditindaklanjuti. Hal ini bukan hanya berlaku bagi petugas kebersihan kota saja, tetapi bagi semua masyarakat yang perduli terhadap bumi ini.
Saat saya pergi menuju kampus di jalan saya melihat eksternalitas yang tidak mengenakkan, yaitu banyaknya tempat pembuangan sampah di dekat aliran arus kali dan ternyata terdapat juga pemukiman penduduk. Ternyata setelah saya perhatikan jenis sampah yang paling banyak adalah sampah plastik.
Tahukah anda dibutuhkan waktu yang lama untuk bisa menghancurkan sampah jenis plastik, kira-kira sekitar ratusan tahun. Sampah jenis ini jelas menyebabkan pencemaran tanah, karena sulitnya samapah tersebut untuk menyatu dengan tanah.
Untuk itu kita harus mengurangi penggunaan plastik. Mulai dari hal kecil, seperti saat kita hendak pergi berbelanja ke warung atau ke pasar sebaiknya kita membawa tas sendiri untuk membawa belanjaan. Selain itu, juga bisa dengan cara mengumpulkan plastik-plastik bekas belanjaan tersebut lalu setelah terkumpul banyak kita bisa memberikan kepada penjual sayur contohnya. Dengan begitu kita bisa memperkecil penggunaan plastik, karena intinya kita menggunakan plastik yang sama.
Bukan hanya sampah saja yang harus dapat perhatiaan, tetapi juga untuk penghijauan. Saya melihat semakin kurangnya penghijauan di sekitar lingkungan kita ini, contohnya bila kita pergi ke daerah pusat Jakarta kita akan jarang melihat pepohonan, yang akan kita lihat justru gedung-gedung bertingkat dengan banyaknya penggunaan kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global.
Bagaimana caranya untuk menjadikan lingkungan sekitar kita hijau kembali ? pertama kita harus mulai dari diri sendiri dan mulai dari lingkungan sekitar tempat tinggal anda. Kita bisa bersama-sama melakukan penghijauan dengan menanam pohon jenis apa saja di rumah kita. Setidaknya setiap rumah terdapat tanaman.
Pepohonan sangat bermanfaat contohnya malam hari saat kita tertidur. Kita membutuhkan oksigen yang dikeluarkan dari pepohonan dan pepohonan sendiri membutuhkan karbon dioksida yang manusia keluarkan. Berarti hal ini terjadi simbiosis mutualisme yaitu saling menguntungkan satu sama lainnya.
Mulai sekarang mari sayangi lingkungan sekitar kita, dapat dilakukan dengan beberapa hal seperti berikut :
• Buanglah sampah pada tempatnya
• Kurangi penggunaan sampah plastik
• Lakukan penghijauan sebelum terjadi erosi
• Harus terdapat pepohonan dalam sebuah rumah
Corporate social responsibility (Tanggungjawab Sosial Perusahaan) adalah suatu keharusan bagi dunia usaha. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Anandh Panyarachun Mantan Perdana Menteri Thailand pada Asian forum on CSR pada tanggal 18 September tahun 2003 yang lalu di Bangkok. Menurut Anand CSR dipandang sebagai suatu keharusan untuk membangun citra yang baik dan terpercaya bagi perusahaan. Melaksanakan praktek-praktek yang bertanggungjawab secara lingkungan dan social akan meningkatkan nilai pemegang sahan dan berdampak pada peningkatan prestasi keuangan serta menjamin sukses yang berkelanjutan bagi perusahaan.
Sedangkan World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefiniskan CSR sebagai komitmen dunia usaha untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; bekerja dengan para karyawan dan keluarganya, masyarakat tempatan dan masyarakat secara luas dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.
Titik berat perhatian CSR ini difokuskan pada tiga aspek yaitu; keuntungan, lokomotif ekonomi, aspek social dan lingkungan. Sudah selayaknya keberadaan sebuah dunia usaha memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin dengan memanfaatkan semua potensi dan sumberdaya yang ada. Namun dalam mengejar keuntungan ini dunia usaha harus bisa berbagai dengan memainkan peran untuk menjadi lokomotif perputaran ekonomi bukan melakukan kegiatan monopoli terhadap semua aspek ekonomi. Disisi lain perusahaan juga harus memperhatikan aspek social dimana mereka beroperasi tentunya dengan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan social kemasyarakatan. Karena keberadaan perusahaan akan memberikan dampak social dan lingkungan maka menjadi sebuah kewajiban untuk melakukan langkah-langkah positif agar kualitas lingkungan tetap terjaga dengan melakukan kegiatan usaha yang ramah lingkungan dan dari aspek social tentunya membantu kegiatan yang bermuara pada peningkatan kualitas hidup dan mempertahankan keberadaan nilai dan norma budaya yang biasanya rentan terkikis akibat banyak masuknya nilai baru yang dibawa tenaga kerja dari luar daerah operasional.
Jika didedah lebih dalam secara umum kontribusi social perusahaan itu dapat dibagi menjadi 5 katagori yaitu; Charity, promosi, facility, security dan money loundering. Yang masing-masing katagori ini memiliki tujuan yang berbeda yang tentunya akan mempengaruhi secara langsung program community development yang akan dilaksanakan.
Program yang berangkat dari katagori charity biasanya bersifat mengatasi masalah sesaat dan bersifat jangka pendek. Promosi bertujuan untuk membangun image building, facility berorinetasi pada pengurangan pajak, security bermuara pada prosperity sedangkan money laundering bertujuan untuk melakukan kegiatan manipulasi. Dalam prakteknya kedermawanan dunia usaha (philanthropy) sering diartikan sama dengan dengan charity padahal berbeda jauh, walaupun sama-sama mengandung makna keikhlasan dalam memberi. Charity biasa dimaksudkan untuk memberi bantuan untuk kebutuhan dan masalah yang sifatnya sesaat dan mendesak, misalnya bantuan bencana alam, bantuan dana, makanan, pakaian, obat-obatan, dll.
Konsep philanthropy selalu memakna yang lebih luas, dimana hibah ditujukan untuk kegiatan yang bersifat investasi social. Program ini bertujuan untuk melakukan penguatan masyarakat dan sekaligus modal social (social capital) dalam bentuk program peningkatan SDM, pengembangan ekonomi, peningkatan eksistensi lembaga masyarakat dalam upaya mengatasi masalah social yang timbul dimasyarakat dengan pendekatan keberlanjutan (sustainability).
Konsep ini CSR ini memiliki perbedaan mendasar dengan corporate filantropy. Filantropy sifatnya lebih berorinetasi eksternal dunia usaha sedang CRA menitik beratkan keseimbangan antara aspek eksternal maupun internal, misalnya; masalah karyawan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), kegiatan usaha yang ramah lingkungan dan berbagai aspek internal lainnya.
TIDAK TAHU ATAU TIDAK PEDULI
Tanggungjawab social sebagai peran yang harus diemban oleh dunia usaha, belum cukup populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Peran yang lebih dominan adalah bagaimana dunia usaha memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan memberdayakan segenap potensi yang ada. Kondisi ini sangat jelas terlihat dari budaya yang tercermin dari polah tingkah manajemen, staff, karyawan serta keluarga karyawan dari perusahaan tersebut. Secara tidak langsung praktek dunia usaha ini telah membangun jarak serta tembok pemisah dan pembeda antara dunia usaha dengan masyarakat yang ada disekitarnya. Budaya ini telah melahirkan ego, kesombongan dan kepogahan yang menempatkan mereka sebagai sebuah tembok besar yang merasa kuat sendiri dan tidak pernah merasa perlu dukungan, kerjasama dan bantuan dari masyarakat disekitarnya. Tak jarang kesdaran baru muncul setelah mengalami banyak masalah, menghadapi banyak tuntutan dan menjalani masa sulit akibat perusahaan tidak bias beroperasi dan harus angkat kaki.
Pemahaman tanggungjawab social yang dianut sebagian dunia usaha saat ini masih sebatas konsep liberalisme yakni mencari keuntungan sebagai tugas utama dan kepedulian social hanya sebatas mensejahterakan pekerjanya saja. Kondisi semacam ini bias terlihat jelas dimasyarakat kita termasuk Riau. Disetiap daerah yang ada berkembang industri akan terlihat perbedaan yang sangat kontras antara fasilitas dan gaya hidup karyawan dan keluarga di komplek dengan masyarakat diluar komplek. Kondisi ini seperti mempertontonkan kesombongan dan sengaja memancing kemarahan. Adanya pemahaman akan nilai dan kultur budaya serta ditopang semangat untuk menjadi bagian dari masyarakat melalui semangat tumbuh dan berkembang bersama masayarakat adalah solusi terbaik untuk keharmonisan kedua belah pihak. Tapi kenyataan yang terlihat tidak sedikit perusahaan di Indonesia yang tidak peduli sama sekali dengan kesejahteraan karyawan yang seharusnya dipandang sebagai asset, apalagi mau peduli dengan masyarakat dan lingkungan.
Kesadaran dan komitmen dunia usaha dalam memenuhi tanggungjawab sosialnya dianggap sebagai sebuah keputusan yang bertolak belakang dengan tujuan keberadaan perusahaan yang ingin mengeruk keuntungan sebanyak mungkin. Melaksanakan CD Program sebagai salah satu tanggungjawab social perusahaan dianggap pekerjaan yang tidak perlu dan mengacaukan misi utama untuk mencari keuntungan.
Penganut paham Liberal membedakan secara jelas peran dunia usaha dan negara. Dunia usaha berperan memproduksi barang dan jasa dalam upaya meraih keuntungan sebesar-besarnya. Harapannya dari kegiatan dunia usaha itu akan ada pemasukan pajak dan akan dimanfaatkan pemerintah untuk kegiatan pembangunan. Dari pajak ini pemerintah memberikan perlindungan ekonomi dan social bagi mereka yang kalah dalam kompetisi pasar. Jadi tanggungjawab mensejahterakan masyarakat itu berada ditangan pemerintah.
Saat ini pandangan klasik tersebut mendapat tantangan dari berbagai kelompok kritis. Dunia usaha dituntut tidak hanya mematuhi aturan social (perundangan-undangan) yang ada, tetapi juga diharapkan mulai menajamkan aspek moral dalam pengambilan keputusan. Meskipun pajak yang ditarik dari mereka selama ini menjadi sumber bagi kesejahteraan social, tetapi dinilai belum cukup. Terkurasnya daya dukung lingkungan akibat eksploitasi berlebihan dari dunia usaha merupakan tangungjawab yang harus ikut dipikul dunia usaha, sangat terasa tanggungjawab ini belum cukup terpenuhi jika hanya diukur dari keharusan membayar pajak kepada Negara saja. Dunia usaha selayaknya berperan langsung untuk melakukan upaya-upaya investasi social.
Terlihat nyata perubahan pemikiran ini berangkat dari kenyataan social yang diperlihatkan Negara-negara modern, telah mengalami perubahan dalam memahami realitas social. Jika dulunya mereka sangat individualis sekarang telah bergeser menjadi masyarakat yang sangat komunal (communitarianism). Jika dulu hanya menghargai kepemilikan pribadi (property right) saat ini masyarakat juga menghargai adanya hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat (right and duty of membership).
Disisi lain keserakahan dunia usaha dalam melakukan aktifitas kegiatan mencari keuntungan telah menyadarkan masyarakat, bahwa perilaku dunia usaha yang tidak peduli lingkungan dan masyarakat disekitarnya telah membawa penderitaan. Kesadaran social ini berbalik menjadi sebuah kekuatan social yang menuntut dunia usaha harus peduli. Pengalaman dan sejarah telah mempertontonkan keangkuhan dan kesombongan dunia usaha, berbuah kebangkrutan akibat mengabaikan kekuatan social masyarakat disekitar wilayah operasionalnya. Hal lain mendorong munculnya pemikiran perlu tanggungjawab social karena adanya pergeseran kepemilikan dunia usaha dari kepemilikan pribadi menjadi kepemilikan public, secara tidak langsung bermakna perusahaan tidak lagi hanya sebatas institusi bisnis tetapi telah bergeser menjadi institusi social. Dunia usaha tidak hanya bertugas mencari keuntungan tetapi juga harus berperan menjadi institusi yang memiliki tanggungjawab social.
TANGGUNG JAWAB SOSIAL SEBAGAI KEWAJIBAN
Tidak ada pilihan bagi dunia usaha saat ini, menjalankan tanggung jawab sosialnya atau ditutup secara paksa oleh masyarakat. Cara-cara lama dengan pendekatan kekuasaan meredam suara-suara dari masyarakat atau kelompok kepentingan lain dengan represi bukanlah langkah yang tepat untuk masa ini. Kita tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan masih banyak dunia usaha yang memilih untuk “bermitra” dengan pihak keamanan dibandingkan membangun hubungan yang sungguh-sungguh dan harmonis dengan masyarakat. Hubungan harmonis yang semu itu kemudian benar-benar merepotkan perusahaan ketika masyarakat luas tidak lagi bisa ditakut-takuti dengan moncong senjata.
Kenyataan pahit yang dihadapi dunia usaha yang tidak peduli disusul dengan tumbangnya regim Orde Baru dan menguatnya atmosfer keterbukaan, seharusnya menjadi perhatian semua pihak khususnya dunia usaha. Masyarakat saat ini menjadi semakin berani berhadapan dengan dunia usaha yang operasinya mempengaruhi kehidupan mereka (tidak memberikan dampak positif yang langsung bisa dirasakan).
Tidak ada pilihan, tanggungjawab social harus dipertajam dunia usaha. Membangun strategi baru dalam upaya berinteraksi dengan masyarakat harus dilakukan dengan mempertegas komitmen dan menyusun program-program yang berbasis local dalam rangka melakukan proses pemberdayaan masyarakat. Semua ini adalah konsekuensi dari lingkungan sosial baru yang harus dihadapi oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia, karena tidak ada lagi yang bisa dikategorikan sebagai isu lokal.
Kepada dunia usaha disarankan untuk memperoleh dua bentuk perijinan agar dapat beroperasi dengan baik dan lancar, yaitu izin legal dari pemerintah dan izin sosial dari masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, pertanyaan penting yang harus dijawab oleh setiap dunia usaha adalah bagaimana menjalankan usaha tanpa merusak lingkungan, berusaha dengan tetap meningkatkan kemampuan membangun masyarakat lokal dan menyusun strategi agar keuntungan terdistribusi dengan baik di antara para pemangku usaha dan stakeholder sambil meningkatkan snowbolling effect dampat dari kehadiran dunia usaha.
Belum duduknya pemahaman tentang corporate social responsibility, menurut Laboratorium Sosiologi UI sangat berbahaya karena menimbulkan kondisi di mana dunia usaha beroperasi sebagai quasi-state atau setengah-negara. Dampak beroperasinya dunia usaha sebagai setengah-negara, di antaranya adalah: Pertama, dapat membuat tanggung jawab perusahaan menjadi lebih berat dari yang sesungguhnya harus dilakukan. Perusahaan bukanlah entitas negara yang memiliki tujuan melakukan redistribusi kekayaan melalui pajak, melainkan entitas bisnis yang mencari keuntungan dengan dibatasi oleh tanggung jawab sosial dan lingkungan. Apabila pengembangan masyarakat tidak didefinisikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan, maka tuntutan untuk memberikan lebih dari yang seharusnya akan terjadi. Kedua, pemerintah dihadapkan pada moral hazard di mana tanggung jawab yang seharusnya diemban, kemudian dilemparkan kepada perusahaan begitu saja sehingga menimbulkan sinergi negatif di tingkat operasional lapangan.
Banyak kasus terjadi pemerintah memindahkan beban pembangunan kepada pihak dunia usaha, setelah proyek tersebut selesai pemerintah mengklaim bahwa proyek itu dilakukan pemerintah. Kondisi ini tentunya memunculkan pendanaan ganda yang akan merugikan Negara.
Berangkat dari pemikiran diatas, definisi yang jelas tentang tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) harus dipatok dalam sebuah payung hukum. Payung hukum ini juga diharapkan mampu menjelaskan posisi dunia usaha sebagai bagian dari masyarakat yang seharusnya dilindungi oleh pemerintah dalam rangka mencari keuntungan dan tidak melupakan fungsi social dan lingkungannya. Payung hukum yang bisa saja berupa Perda disisi lain juga mempunyai nilai penting untuk memberikan porsi adil bagi setiap dunia usaha, sehingga tidak ditumpukan tanggungjawab social pada satu perusahaan disisi lain ada dunia usaha yang tidak peduli tetapi bisa berlindung dan tetap aman sambil terus menutup diri dan membangun tembok tinggi.
KUNCI SUKSES CONDEV
Ada lima kunci sukses agar program community empowerment atau lebih popular disebut juga program community development bisa berjalan lancer dan sukses, antara lain: Pertama, komitmen harus lahir dari pemilik perusahaan atau manajemen puncak. Hal ini penting karena akan terkait dengan seluruh hal yang mendukung terlaksananya dan suksesnya program.
Kedua, memiliki konsep yang jelas dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat, sasaran dan target dari perusahaan sendiri. ketiga- harus memiliki sumberdaya manusia yang bisa menjalankan konsep serta struktur organisasi yang kuat dengan otoritas penuh. Sebaiknya dibentuk departemen atau divisi khusus dipimpin oleh seorang Direktur Program. Keempat - memiliki program yang berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki daerah binaan sedang yang kelima adalah pendanaan yang cukup untuk menjalankan program.
Diluar lima aspek yang menjadi kunci sukses terlaksananya program tersebut, kerjasama dan dukungan public relations dalam mengemas serta mengkomunikasikan program ini menjadi penting dalam upaya membuka peluang untuk semua komponen masyarakat terlibat memberikan saran, nasehat dan dukungan untuk eksistensi program dan juga dunia usaha.
sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/group/bisnis/2010/05/26/dunia-usaha-harus-punya-tanggungjawab-sosial/
Prinsip Teori Manajemen Aliran Klasik awal sekali ilmu manajemen timbul akibat terjadinya revolusi industri di Inggris pada abad 18.
Para pemikir tersebut rnemberikan perhatian terhadap masalah-masalah manajemen yang timbul baik itu di kalangan usahawan, industri maupun masyarakat. Para pemikir itu yang terkenaI antara lain, Robert Owen, Henry Fayol, Frederick W. Taylor dan lainnya.
3. Robert Owen (1771 -1858)
Robert Owen adalah orang yang menentang praktek-praktek memperkerjakan anak-anak usia 5 atau 6 tahun dan standar kerja 13 jam per hari. Tersentuh dengan kondisi kerja yang amat menyedihkan itu, beliau mengajukan adanya perbaikan terhadap kondisi kerja ini.
Pada tahun-tahun awal revolusi industri, ketika para pekerja dianggap instrumen yang tidak berdaya, Owen melihat rneningkatkan kondisi kerja di pabrik, rnenaikkan usia minimum kerja bagi anak-anak, mengurangi jam kerja karyawan, menyediakan makanan bagi karyawan pabrik, mendirikan toko-toko untuk menjual keperluan hidup karyawan dengan harga yang layak, dan berusaha memperbaiki lingkungan hidup tempat karyawan tinggal, dengan membangun rumah-rumah dan membuat jalan, sehingga lingkungan hidup dan pabrik rnenjadi menarik. Sebab itu, beliau disebut "Bapak Personal Manajemen Modern".
Selain itu, Owen lebih banyak memperhatikan pekerja, karena menurutnya, investasi yang penting bagi manajer adalah sumber daya manusia. Selain mengenai perbaikan kondisi kerja, beliau juga rnembuat prosedur untuk meningkatkan produktivitas, seperti prosedur penilaian kerja dan bersaing juga secara terbuka.
4. Henry Fayol (1841 -1925)
Pada tahun 1916, dengan sebutan teori manajemen klasik yang sangat memperhatikan produktivitas pabrik dan pekerja, disamping memperhatikan manajemen bagi satu organisasi yang kompleks, sehingga beliau menampilkan satu metode ajaran manajemen yang lebih utuh dalam bentuk cetak biru.
Fayol berkeyakinan keberhasilan para manajer tidak hanya ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi karena adanya penggunaan metode manajemen yang tepat.
Sumbangan terbesar dari Fayol berupa pandangannya tentang manajemen yang bukanlah semata kecerdasan pribadi, tetapi lebih merupakan satu keterampilan yang dapat diajarkan dari dipahami prinsip-prinsip pokok dan teori umumnya yang telah dirumuskan. Fayol membagi kegiatan dan operasi perusahaan ke dalam 6 macam kegiatan :
Teknis (produksi) yaitu berusaha menghasilkan dan membuat barang-barang produksi.
Dagang (Beli, Jual, Pertukaran) dengan tara mengadakan pembelian bahan mentah dan menjual hasil produksi.
Keuangan (pencarian dan penggunaan optimum atas modal) berusaha mendapatkan dan menggunakan modal.
Keamanan (perlindungan harga milik dan manusia) berupa melindungi pekerja dan barang-barang kekayaan perusahaan.
Akuntansi dengan adanya pencatatan dan pembukuan biaya, utang, keuntungan dan neraca, serta berbagai data statistik.
Manajerial yang terdiri dari 5 fungsi :
Perencanaan (planning) berupa penentuan langkah-langkah yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan-tujuannya.
Pengorganisasian dan (organizing), dalam arti mobilisasi bahan materiil dan sumber daya manusia guna melaksanakan rencana.
Memerintah (Commanding) dengan memberi arahan kepada karyawan agar dapat menunaikan tugas pekerjaan mereka
Pengkoordinasian (Coordinating) dengan memastikan sumber-sumber daya dan kegiatan organisasi berlangsung secara harmonis dalam mencapai tujuannya.
Pengendalian (Controlling) dengan memantau rencana untuk membuktikan apakah rencana itu sudah dilaskanakan sebagaimana mestinya.
5.Frederick W. Taylor (1856 -1915)
Frederick W. Taylor dikenal dengan manajemen ilmiahnya dalam upaya meningkatkan produktivitas. Gerakannya yang terkenal adalah gerakan efisiensi kerja. Taylor membuat prinsip-prinsip yang menjadi intinya manajemen ilmiah yang terkenal dengan rencana pengupahan yang menghasilkan turunnya biaya dan meningkatkan produktivitas, mutu, pendapatan pekerjaan dan semangat kerja karyawan. Adapun filsafat Taylor memiliki 4 prinsip yang ditetapkan yaitu :
1. Pengembangan manajemen ilmiah secara benar.
2. Pekerjaan diseleksi secara ilmiah dengan rnenempatkan pekerjaan yang cocok untuk satu pekerjaan.
3. Adanya pendidikan dan pengambangan ilmiah dari para pekerja.
4. Kerjasama yang baik antara manajernen dengan pekerja.
Dalam menerapkan ke-empat prinsip ini, beliau menganjurkan perlunya revolusi mental di kalangan manajer dan pekerja. Adapun prinsip-prinsip dasar menurut Taylor mendekati ilmiah adalah :
1. Adanya ilmu pengetahuan yang menggantikan cara kerja yang asal-asalan.
2. Adanya hubungan waktu dan gerak kelompok.
3. Adanya kerja sarna sesama pekerja, dan bukan bekerja secara individual.
4. Bekerja untuk hasil yang maksimal.
5. Mengembangkan seluruh karyawan hingga taraf yang setinggi-tingginya, untuk tingkat kesejahteraan maksimum para kaayawan itu sendiri dan perusahaan.
6. Periode Peralihan
Mary Parker Folett (1868-1933)
Mary percaya bahwa adanya hubungan yang harmonis antara karyawan dan manajemen brdasar persamaan tujuan, namun tidak sepenuhnya benar untuk memisahkan atasan sebagai pemberi perintah dengan bawahan sebagai penerima perintah.
Beliau menganjurkan kedudukan kepemimpinan dalam organisasi, bukan hanya karena kekuasaan yang bersumber dari kewenangan formil, tapi haruslah berasal dari pada pengetahuan dan keahliannya sebagai manajer.
7.Oliver Sheldon (1894 -1951)
Filsafat rnanajemen yang pertama kali ditulis dalam bukunya pada tahun 1923, yang menekankan tentang adanya tanggung jawab sosial dalam dunia , usaha, sehingga etika sarna pentingnya dengan ekonomi alam manajemen, dalam arti melakukan pelayanan barang dan jasa yang tepat dengan harga yang wajar
Kepada masyarakat. Manajemen juga harus memperlakukan pekerja dengan adil dan jujur. Beliau menggabungkan nilai-nilai efisiensi manajemen ilmiah dengan etika pelayanan kepada masyarakat.
Ada 3 prinsip dari Oliver, yaitu :
a. Kebijakan, keadaan dan metoda industri haruslah sejalan dengan kesejahteraan masyarakat.
b. Manajemen seharusnyalah mampu menafsirkan sangsi moral tertinggi masyarakat sebagai keseluruhan yang memberi makna praktis terhadap gagasan keadilan sosial yang diterima tanpa prasangka oleh masyarakat.
c. Manajemen dapat mengambil prakarsa guna meningkatkan standar etika yang umum dan konsep keadilan sosial.
8.ChesterL. Barnard (1886 -1961)
Berdasarkan kesukaannya dalam bacaan-bacaan sosiologi dan filsafat, kemudian Bernard merumuskan berbagai teori tentang kehidupan organsasi.
Menurut dia rnanusia itu masuk organisasi karena ingin mencapai tujuan pribadinya melalui pencapaian tujuan organisasi yang tak mungkin dapat dicapainya sendiri.
Chester L. Bernard beasumsi bahwa perusahaan akan berjalan efisien dan hidup terus, apabila dapat menyeimbangkan antara pencapaian tujuan dan kebutuhan individu. Beliau juga menyatakan peranan organisasi informal sangat menentukan suksesnya suatu tujuan perusahaan.
9.Aliran Hubungan Manusiawi
Pada tahap aliran perilaku atau hubungan manusiawi organisasi melihat pada hakikatnya adalah sumber daya manusia. Aliran ini memandang aliran klasik kurang lengkap karena terlihat kurang mampu rnewujudkan efisiensi produksi yang sempurna dengan keharmonisan di tempat kerja. Manusia dalam sebuah organisasi tidak selalu dapat dengan mudah diramalkan prilakunya karena sering juga tidak rasional. Oleh sebab itu para manajer perlu dibantu dalam menghadapi rnanusia, melalui antar lain ilmu sosiologi dan psikologi.
Ada tiga orang pelopor aliran perilaku :
1. Hugo Munsterberg (1863 -1916)
Yaitu Bapak Psikologi Industri. Sumbangannya yang terpenting adalah berupa pernanfaatan psikologi dalam mewujudkan tujuan-tujuan produktivitas sarna seperti dengan teori-teori manajemen lainnya. Bukunya "Psychology and Indutrial Efficiency", ia memberikan 3 cara untuk meningkatkan produktivitas:
Menempatkan seorang pekerja terbaik yang paling sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan dikerjakannya.
Menciptakan tata kerja yang terbaik yang memenuhi syarat-syarat psikologis untuk memaksimalkan produktivitas.
Menggunakan pengaruh psikologis agar memperoleh dampak yang paling tepat dalam mendorong karyawan.
2.Elton Mayo (1880 -1949 )
Gerakan memperkenalkan hubungannya yang diartikan sebagai satu gerakan yang memiliki hubungan timbal balik manajer dan bawahan sehingga mereka secara serasi mewujudkan kerjasama yang memuaskan, dan tercipta semangat dan efisiensi kerja yang memuaskan.
Disini terlihat adanya peran faktor-faktor sosial dan psikologis dalam memberi dorongan kerja kepada karyawan.
Satu hal yang menarik dari hasil percobaan Mayo dengan kawan-kawan adalah rangsangan uang tidak menyebabkan membaiknya produktivitas. Mereka menyatakan dalam meningkatkan produktivitas adalah satu karena sikap yang dimiliki karyawan yang merasa rnanajer ataupun atasannya memberikan perhatian yang cukup terhadap kesejahteraan mereka yang dikenal dengan sebutan "Hawthorne effect”.
Selain itu, juga ditemukan pengaruh kehidupan lingkungan sosial dalam kelompok yang lebih informal lebih besar pengaruhnya terhadap produktivitas.
Mayo beryakinan terhadap konsepsnya yang terkenal dengan "Social man” yaitu seharusnyalah dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan sosial dalam hubungan yang lebih efektif daripada pengawasan ataupun pengendalian manajemen. Konsep "social man” dapat menggantikan konsep "rational man” yaitu seseorang bekerja didorong semata-mata oleh kebutuhan ekonomis pribadi yang terkenal dengan julukan "rational economic man” yang oleh Robert Owen diperkenalkan dengan istilah "vital machine”.
3. William Ouchi (1981)
William Ouchi, dalam bukunya “Theory Z -How America Business Can Meet The Japanese Challenge (1981)", memperkenalkan teori Z pada tahun 1981 untuk menggambarkan adaptasi Amerika atas perilaku Organisasi Jepang.
Teori beliau didasarkan pada perbandingan manajemen dalam organisasi. Jepang disebut tipe perusahaan Jepang dengan manajemen dalam perusahaan Amerika disebut perusahaan tipe Amerika.
10.Aliran Manajemen Modern
Muncul aliran ini lebih kepada aliran kuantitatif merupakan gabungan dari Operation Research dan Management Science. Pada aliran ini berkumpul para sarjana matematika, fisika, dan sarjana eksakta lainnya dalam memecahkan masalah-masalah yang lebih kompleks. Tim sarjana ini di Inggris, di Amerika Serikat, sesudah perang Dunia II dikenal dengan sebutan "OR Tema” dan setelah perang dimanfaatkan dalam bidang industri. Masalah-masalah ruwet yang memerlukan "OR Tim" ini antara lain di bidang transportasi dan komunikasi.
Kehadiran teknologi komputer, membuat prosedur OR lebih diformasikan menjadi aliran IImu Manajemen Modern. Pengembangan model-model dalam memecahkan masalah-masalah manajemen yang kompleks. Adanya bantuan komputer, maka dapat memberi pemecahan masalah yang lebih berdasar rasional kepada para manajer dalam membuat putusan-putusannya. Teknik-teknik ilmu manajemen ini membantu para manajer organisasi dalam berbagai kegiatan penting, seperti dalam hal penganggaran modal, manajemen cash flow, penjadwalan produksi, strategi pengembangan produksi, perencanaan sumber daya manusia dan sebagainya.
11.Perkembangan Teori Manajemen
Ketiga aliran manajemen yang telah diuraikan di atas ternyata sampai sekarang berkembang terus.
Aliran hubungan manusiawi dan ilmu manajemen memberikan pendekatan yang penting dalam meneliti, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah manajemen.
Demikian pula aliran klasik yang telah berkembang ke arah pemanfaatan hasil-hasil penelitian dari aliran lain dan terus tumbuh menjadi pendekatan baru yang disebut pendekatan sistem dan kontingensi.
Aliran klasik dikenal dengan pendekatan proses dan operasi manajemen. Dengan terjadinya proses perkembangan yang saling berkaitan di antara berbagai aliran ini, maka kemudian sudah sulit untuk terlalu membedakan dan memisahkan antara aliran-aliran ini.
12. Proses perkembangan teori manajemen terus berkembang hingga saat ini yang dilihat dari lima sisi yaitu :
1. Dominan, yaitu aliran yang muncul karena adanya aliran lain. Pengkajian dari masing-masing aliran masih dirasakan bermanfaat bagi pengembangan teori manajemen.
2. Divergensi, yaitu dimana ketiga aliran masing-masing berkemabng sendiri-sendiri tanpa memanfaatkan pandangan aliran-aliran lainnya.
3. Konvergensi, yang menampilkan aliran dalam satu bentuk yang sarna sehingga batas antara aliran nlenjadi kabur. Perkembangan seperti inilah yang sudah terjadi sekalipun bentuk pengembangannya tidak seimbang karena masih terlihat bentuk dominan dari satu rnazhab terhadap yang lain.
4. Sintesis, berupa pengembangan menyeluruh yang lebih bersitat integrasi dari aliran-aliran seperti yang kemudian tampil dalam pendekatan sistem dan kontingensi.
5. Proliferasi, merupakan bentuk perkembangan teori manajemen dengan munculnya teori-teori manajemen yang baru yang memusatkan perhatian kepada satu permasalahan manajenlen tertentu.
sumber : http://www.slideshare.net/iwanpalembang/evolusi-teori-manajemen
1.Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian bukanlah tokoh romantis yang dapat melukis seperti Jack Dawson dalam Titanic, maka itu kami tidak pernah minta kalian melukis wajah kami dengan indah, paling tidak saat kami minta kalian menggambar wajah kami , gambarlah, meskipun hasil akhirnya akan seperti Jayko adik perempuan Giant dalam film Doraemon, tapi kami tahu, kalian berusaha.
2.Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian bukan peramal seperti Dedi Corbuzier yang dapat menebak isi pikiran kami atau apa yang kami inginkan saat kami hanya terdiam dan memasang wajah bosan, tapi saat itu kami hanya ingin tau, sesabar apakah kalian menghadapi kami jika kami sedang sangat menyebalkan seperti itu, kami tidak minta kalian mampu menebak keinginan kami, setidaknya bersabarlah pada kami dengan terus bertanya “jadi sekarang maunya gimana?”
3.Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian bukanlah penyair sekaliber Kahlil Gibran atau yang mampu menceritakan kisah romantis seperti Shakespear, maka itu kami pun tidak meminta kalian mengirimi kami puisi cinta berisi kalimat angan-angan nan indah setiap hari atau setiap minggu, tapi setidaknya mengertilah bahwa setelah menonton film korea yang amat romantis itu, kami sangat berandai-andai kekasih kami dapat melakukan yang sama, meskipun isi puisi tersebut tidak sebagus kahlil Gibran, kami akan sangat senang –sungguh- jika kalian mengirimkannya dengan tulus dan niat. (bahkan meskipun ujungnya terdapat “hehe, aneh ya?”, kami akan benar-benar melayang, tuan)
4.Kami, para wanita sungguh sebenarnya taubahwa kalian tidaklah setampan Leonardo Dicaprio, tapi tolong mengertilah itu sama sekali bukan masalah bagi kami, saat kami memuja-muja pemuda seperti itu, itulah pujian dan pujaan, tapi hati kami sungguhnya telah terikat oleh kalian, tuan. Mungkin saat itu kami hanya ingin tau apa pendapat kalian jika kami jatuh cinta pada orang lain, semacam mengukur tingkat kecemburuan kalian.
5.Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian tidaklah semenakjubkan John Nash atau sebrillian Isaac Newton, namun kami sebenarnya sangat menghargai bantuan kecil dari kalian meskipun hanya membantu mencarikan artikel dari internet, kami ingin menunjukkan pada kalian bahwa kalian lebih kami percayakan daripada Newton atau Galileo.
6.Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian tidaklah segagah Achilles pada film Troy, maka itu kami tidak pernah minta kalian mengikuti program peng six-pack an tubuh atau kontes L-men. Namun dengan kalian berhenti dan tidak pernah merokok, kami sangat akan memilih kalian dari Achilles manapun. Menyuruh kalian berhenti merokok adalah untuk meyakinkan diri kami bahwa kalian lebih gagah dari Achilles (karena tentu kalian akan kalah beradu pedang dengan Achilles bukan?).
7.Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian bukan Pangeran denga kuda putih yang akan melawan naga demi kami, karena kami pun bukan putri tidurnya, dan maka dari itu kami tidak pernah minta kalian melawan preman pasar yang pernah menggoda kami waktu lalu, tapi setidaknya, mengertilah tanpa kami harus minta, saat hujan lebat datang dan dirumah sedang mati lampu dan ayah ibu belum datang, kami hanya dapat mengandalkan kalian, maka itu temani kami walau hanya dengan sms dan telepon, karena menurut kami, berbincang dengan kalian adalah melegakan, maka itu jangan tradeoff (tukar) keadaan seperti itu dengan Game PS 2010 terbaru kalian itu (sangat mengesalkan!)
8.Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau bahwa kalian bukanlah bayi yang harus diingatkan hal ini dan itu setiap waktunya, tapi mengertilah bahwa kami sangat merisaukan anda, kenapa kami mengingatkan kalian makan atau sembahyang, itu karena tepat saat itu, kami baru saja hendak makan atau sembahyang, maka itu saat kalian bertanya kembali atau mengingatkan kembali, kami akan jawab “iya, bentar lagi nih”
9.Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau kalian bukanlah Romi Rafael yang pandai menyulap saputangan menjadi bunga, maka itu kami tidak pernah meminta hal hal semacam itu, namun mengertilah bahwa melihat bunga rose di pinggiran jalan itu menggoda hati kami, bahkan meski kami tidak suka bunga, pemberian kalian akan menjadi hal yang kami sukai, karena kami sebenarnya hanya sangat ingin menyimpan kalian saat itu, setelah malam kalian antar kami pulang, namun kami tahu kita harus berpisah saat itu.
10.Kami, para wanita sungguh sebenarnya tau kalian bukanlah Mr. Bean yang dapat membuat kami tertawa terbahak saat sedang bosan, maka itu jangan coba-coba menjadi juru selamat untuk mencoba membuat kami tertawa saat itu, karena kami tau kalian tidak mampu sekocak Mr. Bean dan malah hanya akan memperkeruh suasana, yang kami inginkan saat itu hanyalah memastikan kalian ada disamping kami saat masa-masa sulit meski hanya dengan senyuman menenangkan.
11.Kami, para wanita juga tau kalian bukanlah pemuda seperti Edward Cullen yang akan segera datang dengan Volvo saat kami diganggu oleh preman jalanan, namun setidaknya, pastikan kami aman bersama kalian saat itu dengan tidak membawa kami pulang terlalu larut dan mengantarkan kami sampai depan pintu rumah dan bertemu ayah ibu, (jangan hanya sampai depan gang, hey, tuan!)
12.Kami, para wanita tau kalian tidak akan bisa seperti ibu kami yang dapat menghentikan tangisan kami, namun tolong mengerti, saat kami menangis dihadapanmu, kami bukan sedang ingin dihentikan tangisannya, justru kami sangat ingin kalian dihadapan kami menampung berapa banyak air mata yang kami punya, atau sekedar melihat apa reaksi kalian melihat kami yang –menurut kami- akan terlihat jelek saat menangis
13.Kami, para wanita tau juga sebenarnya, bahwa kalian tidak akan punya jawaban yang benar atas pertanyaan, “aku gendut ya?”, kami sungguh tau, tapi saat itu kami hanya ingin tau, apa pendapat kalian tentang kami yang pagi tadi baru bercermin dan sedang merasa tidak secantik Kristen Stewart.
14.Kami tau, kalian adalah makhluk bodoh yang tidak peka dan terlalu lugu untuk percaya pada setiap hal yang kami katakan, tapi mengertilah bahwa saat kalian bertanya “baik-baik aja?” dan kami jawab “iya, aku baik-baik aja” itu adalah bahasa kami untuk menyatakan keadaan kami yang sedang tidak baik namun kami masih menganggap kalian adalah malaikat penyelamat yang mampu mengatasi ketidak-baik-baikan kami saat itu tanpa kami beritau, (tentu mestinya kalian sadari jika kami memang benar sedang baik-baik saja kami akan menambahkan perkataan seperti “iya aku baik-baik aja, malah tadi aku di kampus ketemu dengan dosen yang itu lho….*bla.bla.bla”)
Iya, kami sepertinya tau apa yang kalian pikirkan tentang kami yang begitu merepotkan. Tapi begitulah kami, akan selalu merepotkan kalian, tuan. Hal ini bukan sesuatu yang kami banggakan, namun inilah bahasa kami untuk mempercayakan hati kami pada kalian, jika kalian bukanlah pemuda yang kami percayakan dan kami butuhkan, tentu saja yang kami repotkan dan persulitkan bukan kalian. Kami makhluk yang amat perasa dan gampang merasa “tidak enak”. Kami enggan merepotkan “orang lain”.
Jika kami merepotkan dan menyusahkan, berarti kami menganggap anda bukanlah orang lain, tuan.
Kami tidak senang bermain-main, tuan pemuda. Maka tolong jaga hati yang kami percayakan ini. Kami mungkin mudah berbesar hati atau “geer”, tapi sekali kami menaruh hati kami pada satu pemuda, butuh waktu yang lebih lama dari menemukan lampu bohlam untuk menghilangkannya (bukan melupakan).
Kami akan sulit menerima hati baru setelah itu, karena kami harus membiasakan diri lagi. Padahal kami sudah terbiasa dengan anda, terbiasa melakukan semuanya dengan anda. Maka tolong, mengertilah tuan. Karena kami, wanita sungguh sangat tau sebenarnya kalian, pemuda, dapat mengatasi semua tingkah kami yang merepotkan ini